KEKURANGAN garam iodium, atau yang dikenal sebagai gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), adalah masalah gizi yang sering diabaikan tetapi berdampak serius pada kesehatan anak-anak. Di Indonesia, masalah ini benar-benar menjadi ancaman tersembunyi yang dapat mengganggu pertumbuhan dan kualitas hidup generasi berikutnya.
Iodium mengandung mineral esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memproduksi hormon tiroid, yang berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Kekurangan iodium pada masa kanak-kanak, bisa menyebabkan suatu masalah gizi pada kesehatan. Salah satunya adalah kretinisme, kondisi yang menyebabkan keterbelakangan mental dan fisik pada anak.
Selain itu, GAKI dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti gondok, gangguan pendengaran, dan kelainan saraf. Anak-anak yang dibesarkan dengan asupan garam yang rendah sering mengalami penurunan kemampuan kognitif, yang berdampak langsung pada prestasi akademik dan potensi masa depan mereka. Padahal, setiap anak berhak untuk tumbuh sehat dan mencapai potensi penuh mereka.
Anak-anak yang menderita GAKI memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi kurang produktif di masa dewasa, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kemajuan sosial dan ekonomi negara. Dalam jangka panjang, GAKI juga dapat menghambat kemajuan negara karena menciptakan generasi yang kurang kompetitif dan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah.
Program fortifikasi garam dengan iodium telah lama digunakan di Indonesia untuk mencegah GAKI, tetapi sayangnya, program ini masih menghadapi banyak masalah. Konsumsi garam beryodium yang tidak diperkaya iodium masih tinggi di beberapa daerah di Indonesia, terutama yang terpencil dan sulit dijangkau, karena masyarakat belum memahami pentingnya mengonsumsi garam beryodium. Akibatnya, tindakan yang lebih kuat diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. Pertama, pemerintah harus memastikan bahwa garam yang dijual di pasar, terutama di daerah terpencil, telah diperkaya dengan iodium sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengawasan ketat harus dilakukan untuk mencegah penyebaran garam yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Kedua, masyarakat harus lebih sadar akan pentingnya mengonsumsi iodium secara teratur. Kampanye kesehatan yang efektif dan berkelanjutan diperlukan untuk menyadarkan orang-orang, terutama orang tua, tentang pentingnya memberikan garam beryodium kepada anak-anak mereka. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan tingkat konsumsi garam beryodium akan meningkat dan risiko GAKI pada anak-anak akan diminimalkan.
Ketiga, perusahaan garam harus didorong untuk memproduksi garam beryodium berkualitas tinggi dengan harga terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Untuk memastikan program fortifikasi garam dan edukasi masyarakat berhasil, diperlukan kerjasama antara organisasi non-pemerintah, pemerintah, dan sektor swasta.
Mengatasi masalah kekurangan iodium pada anak-anak adalah langkah yang sangat penting dalam jangka panjang karena anak-anak yang tumbuh dengan iodium yang cukup akan memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang secara optimal dari segi fisik dan kognitif. Oleh karena itu, kita tidak hanya melindungi kesehatan mereka, tetapi juga memastikan bahwa mereka dapat memberikan kontribusi terbaik bagi masa depan negara.
Gizi yang cukup, termasuk asupan iodium yang memadai, adalah hak setiap anak. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa hak ini terpenuhi, sehingga tidak ada lagi anak Indonesia yang harus menderita akibat kekurangan gizi yang sebenarnya bisa dicegah.
Indonesia juga harus mengambil langkah konkret agar bisa mengakhiri siklus gizi buruk. Dengan investasi yang tepat dalam gizi anak-anak, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk masa depan bangsa.
Penulis : Monika Anggraini
Mahasiswi Program Studi DIII Gizi Poltekes Kemenkes Pangkal Pinang